NASIONAL
Selasa, 16 Juli 2013 16:41 wib
Marieska Harya Virdhani - Okezone
Ilustrasi (Foto: dok Okezone)
DEPOK- Pemerintah diminta mengevaluasi pengelolaan lembaga pemasyarakatan untuk mencegah terjadinya kerusuhan seperti yang terjadi di Lapas Tanjung Gusta, Medan. Pasalnya, ibarat sebuah bom, kericuhan di Lapas bisa meledak setiap saat.
"Evaluasi itu perlu, yang jelas pengelolaan lapas itu harus kembali dikoreksi. SOP sudah baku, bahwa di dunia Lapas di seluruh dunia pengelolaan penjara sudah mengutamakan keamanan. Jangan sampai napi kabur, itu jelas," kata Kriminolog Universitas Indonesia Muhammad Mustafa kepada Okezone, Selasa (16/07/2013).
Mustafa menyarankan, sebaiknya petugas lapas bertempat tinggal maksimal radius 1 kilometer. Sebab Mustafa menyebut lapas adalah titik rawan ricuh. "Petugas bertempat tinggal maksimal radius 1 kilometer dari Lapas, lapas itu simbolnya lampu kuning, lapas bisa menjadi pemicu kerusuhan. Walaupun bangunannya layak dan bagus, bagaimanapun tetap lampu kuning," ungkapnya.
Oleh karena itu, kata dia, jumlah petugas harus mencukupi dan kesejahteraan petugas harus memadai. Sehingga fasilitas yang ada tak mampu dibeli napi yang makmur. "Sejauh ini kan masih banyak praktek jual beli fasilitas dan pelayanan oleh napi yang makmur," paparnya.
Ia juga menegaskan, menara pengawas harus terisi penuh oleh petugas. Kondisi saat ini, kata dia, masih jauh dari ideal. "Sangat jauh, ada menara pengawas , itu enggak bisa terisi penuh, idealnya sekarang jarang, 1 menara idealnya diawaki 4 orang per 8 Jam. Kalau ada 4 menara berarti 16 orang per 8 jam, atau 48 orang dalam 24 jam ditambah 4 orang cadangan, jadi total 52 hanya untuk petugas menara," jelasnya. (ugo)
Berita Selengkapnya Klik di Sini 
