Pages

Selasa, 02 Juli 2013

Changes are afoot at Blogtrottr!
By popular request, we're bringing in paid plans with some cool new features (and more on the way). You can read all about it in our blog post.
GATRANEWS - KLIK GATRA BARU BICARA
GATRANEWS, Berita Politik dalam dan Luar Negeri // via fulltextrssfeed.com
'V/H/S 2', Pembuktian Horor Indonesia Kelas Internasional
Jul 2nd 2013, 02:17

Created on Tuesday, 02 July 2013 09:17 Published Date

Sutradara dan Para Pemain Segmen Safe Haven di V/H/S 2 (GATRAnews/Venny Tania)Jakarta, GATRAnews - Menyusul kesuksesan film antologi horror slasher, V/H/S, sutradara Timo Tjanjanto (salah satu dari Mo Brothers yang dikenal lewat Rumah Dara) dan Gareth Huw Evans bergabung dengan deretan sutradara internasional lain membuat V/H/S 2 yang diputar perdana di Sundance Film Festival 2013 dan akan dirilis di bioskop Amerika Serikat pada 12 Juli 2013. Duo Timo dan Gareth mengerjakan sebuah segmen bertajuk Safe Haven, dibintangi oleh Epy Kusnandar, Oka Antara, Fachry Albar, dan Hannah Al-Rasyid.

Menggunakan gaya kamera found footage atau mockumentary (yang dipopulerkan The Blair Witch Project), V/H/S 2 sukses membuat 200 orang penonton menjerit dalam acara nonton bareng dan diskusi yang digelar komunitas ScreenSavers Indonesia dan Watdefak! di Pacific Place, Jakarta, Sabtu (29/6).

Menyajikan adegan-adegan horor mencekam yang terasa nyata, lima segmen di antaranya mengkreasikan cerita mengenai makhluk halus, zombie, monster, dan alien. Timo mengaku diajak oleh Jason Eisener, sutradara yang menggarap segmen Alien Abduction Slumber Party dalam V/H/S 2. "Waktu gua present ide ini gua tahu perlu orang yang tahu hal-hal teknis gimana cara camera movement, energinya, dan gua tahu Gareth pengen diajak. Yang udah nonton The Raid pasti tahu betapa jagonya dia bikin adegan yang energetik, meskipun dia ngerasa masih ngeraba-raba masuk ke horor," demikian dijelaskan Timo tentang awal kolaborasinya dengan Gareth Evans dalam diskusi film V/H/S 2 tersebut.

Gareth Evans sendiri kabarnya masih sibuk syuting The Raid 2 yang sudah memasuki bulan ke-7. Awalnya Timo memiliki ide membuat sebuah film tentang agama cult, karena ia mengaku tertarik dengan cerita-cerita yang berhubungan dengan kepercayaan yang mengkorupsi seseorang. Namun suami Sigi Wimala ini juga tidak mau hanya berkutat di genre film yang membuat depresi.

"Apalagi setelah segmen L for Libido di ABC`s of Death sakit dan depresing. Gua nggak mau yang terlalu galau, gua tahu cult itu beneran dan ada unsur agamanya juga. Gua suka eksplorasi dark side agama Kristen karena itu agama gua juga. Lalu Gareth masuk dan bilang jangan bikin yang terlalu serius, akhirnya unsur supranatural yang diangkat," papar Timo.

Hannah Al-Rasyid dipilih karena bisa memerankan karakter yang membutuhkan ketangguhan fisik. Sedangkan untuk Epy Kusnandar, yang dipilih menjadi karakter terseram 2013 versi Tribeca Film, dipilih dengan bantuan tim casting. "Gua cuma pernah lihat dia ngelawak di TV, Kang Epy itu punya priority akting yang besar, Tiap kali dibayar kacang goreng juga dia mau. Di L for Libido dia punya screen presents yang gede, dan gua nulis karakter Father dengan Kang Epy di kepala gua," jelas sutradara Rumah Dara itu.

Salah satu tantangan unik yang dihadapi para pemainnya adalah berakting sambil menenteng kamera, karena film ini memberikan kemasan found footage seolah mata penonton diwakili kamera-kamera sungguhan dari balik pakaian atau sudut tertentu. "Semua aktor memakai customize kamera, button camera. Kalau ditaruh aja kerasa cuma menggantung. Lumayan complicated dan harus dilatih, Akhirnya pakai Sony Next 7 karena lebih zoom, dibuat rompi khusus yang ngiket kamera ke badan," jelas Timo, yang mengaku melakukan proses syuting Safe Haven di empat lokasi berbeda.

Timo menilai Epy sebagai aktor yang lain dari yang lain menyangkut urusan improvisasi, Terbukti, adegan pidato sebagai pemimpin sekte ternyata melenceng 70% dari naskah panjang yang ditulis. "Awalnya saya galau mencari jati diri, pengen jadi komedian, Ternyata saya ditemukan Timo dan Alhamdulillah, saya `disesatkan`  dan klik. Mahluk yang di film itu saya kira domba Garut," celetuk Epy.

Sedangkan Fachry Albar, sempat mengalami perubahan mendadak ketika syuting adegan paling akhir, yang menyebabkan aktor yang menggunakan metode akting ini, stres. Karena tekanan bujet, maka syuting adegan terakhir jadi menguras emosi beneran sehingga akting tertekan yang ditunjukkannya di film menjadi natural. "Pengalaman luar biasa kerjasama dengan Gareth dan Timo. Beberapa kali kehabisan nafas dan retake," demikian Fachry. (*/Ven)

Berita Lainnya :

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions