Created on Friday, 14 June 2013 16:04 Published Date
Jakarta, GATRAnews - Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla (JK), mengkritik cara berpikir kepala daerah membangun banyak rumah sakit (RS) dan tingkat kunjungan pasien ke rumah sakit sebagai prestasi. Justru hal itu menunjukan kegagalan pemimpin daerah dalam meberikan kesehatan kepada warganya.
"Aneh itu, banyak kepala daerah bangga dengan banyaknya rumah sakit. Banyak pasien ditangani rumah sakit, jutru menunjukan kalau kota tersebut jorok tidak bersih, makanya sakit terus," ungkapnya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Salemba, Jumat (14/6) pagi.
Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) ini menilai, semakin sepi rumah sakit menunjukan jika kesehatan warga terus meningkat. Ia mengaja kepala daerah untuk berpikir terbalik, dengan mengurangi jumlah pasien di setiap rumah sakit.
Dikatakan JK, rumah sakit dan fasilitas kesehatan yang ada memberikan pengaruh kecil kepada kesehatan masyarakat. Yang lebih banyak menentukan faktor kesehatan warga adalah genetik, lingkungan dan kebiasaan hidup masyarakat.
"Kita harus ingat, hanya 1/4 bagian kecil saja efek rumah sakit mempengaruhi kesehatan. yang paling besar justru lingkungan dan kebiasaan. jadi kalau rumah sakit penuh, itu berarti banyak warga yang sakit dan pemimpinnya gagal," lanjutnya.
Sementara itu, terkait membludaknya pasien Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang dirintis Joko Widodo semata-mata karena kemudahaan akses kesehatan kartu tersebut. Menurutnya jika dulu orang sakit cukup ke Puskesmas atau berobat jalan, makan semua orang kini berbondong-bondong ke rumah sakit.
"Memang harus ada suatu cara mengatasinya, jangan semua orang memprgunakan walaupun tidak perlu. Karena sekarang itu sangat mudah dan bagus, seharusnya ke puskesmas atau berobat jalan ini masuk RS. itu juga harus ada suatu cara, sehingga orang itu menjaga dirinya sendiri," pungkasnya. (*/Zak)
Berita Lainnya :